Sabtu, 06 Oktober 2012

BUDAYA BARAT MELEMAHKAN KARAKTER PANCASILA PEMUDA INDONESIA

Benang merah dari situasi pelik yang sedang dihadapi oleh dunia global saat ini adalah keterlibatan bangsa Barat, Amerika dan sekutunya, dalam mencampuri urusan rumah tangga negara lain. Mereka mengintervensi Pemerintahan yang sedang berkuasa di dunia dengan tafsir dan persepsi mereka tentang tata kelola dan kepemimpinan. Mewujudkan tata dunia baru, demikian semboyan yang mereka dengung-dengungkan dalam melancarkan aksinya.
Sejarah peradaban manusia mengajarkan kepada kita bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan secara unik. Mereka berbeda-beda alias tidak ada yang sama. Dan karena kebesaran Tuhan-lah maka dari kamajemukan karakter tersebut dikelompokkan menjadi rumpun dan ras yang dipisahkan secara geografis. Setiap bangsa di dunia melahirkan kebudayaan dengan ciri khusus dan kekayaan nilai-nilai kearifan lokal.
Bagaimana dengan karakter bangsa kita, bangsa Indonesia? Indonesia secara jelas telah memiliki jati diri dalam mengelola tata pemerintahan dan masyarakat. Uruslah negara kita sesuai jati diri kita, yakni Pancasila. Negara-negara Barat menggunakan dan mengoptimalkan pepatah “rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau” untuk melemahkan karakter Pancasila yang diusung oleh nenek moyang bangsa kita.
Dan celakanya, mereka berhasil menanamkan budaya asing di Indonesia dengan nyaris sempurna. Saat ini generasi muda Indonesia lebih suka menanam rumput tetangga daripada rumput di rumah sendiri. Mereka membangga-banggakan kebiasaan yang dilakukan bangsa Barat sebagai karakter baru yang menyisihkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Pancasila Sebagai Karakter dan Identitas Bangsa
Apakah ‘rumput tetangga’ yang ditanam oleh Barat sesuai dengan Indonesia? Dari alam semesta dapat kita petik banyak pelajaran kehidupan. Beberapa contoh seperti tumbuh-tumbuhan yang terbagi dalam jutaan spesies. Masing-masing tanaman memiliki kecocokan tersendiri agar dapat tumbuh di iklim dan dataran yang berbeda-beda. Begitu pula dengan hewan dan manusia. Semuanya memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Sebagai bangsa Indonesia, kita memiliki identitas sebagai bangsa Timur yang hidup dengan peradaban yang mengutamakan tata krama, moral dan alamiah. Sedangkan bangsa Barat terbiasa dengan kepraktisan, keliaran, dan ilmiah. Sudah Jelas, bahwa Indonesia adalah bagian dari peradaban Timur dengan dijiwai karakter Pancasila. Apakah Anda hendak menyangkal fakta ini?
Agar Pancasila dapat benar-benar menjadi pandangan hidup bangsa dan dasar negara, maka perlu adanya kebulatan tekad dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara, dan setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah, untuk mempunyai loyalitas tunggal terhadap Pancasila itu sendiri.
Menyamarkan Budaya Barat Menjadi Modernisasi
Memang sudah selayaknya Pancasila harus diletakkan pada kehidupan bangsa Indonesia secara mengikat dan memaksa (imperatif) seperti yang dilakukan oleh mendiang Pak Harto. Tidakkah Anda semua merasa aneh, Pak Harto yang mengusung, mengawal, dan meletakkan Pancasila pada segala sendi kehidupan bangsa Indonesia, dianggap diktator? Sedangkan Amerika dan kawan-kawan yang mengusung, mengawal, dan memaksakan liberalisme kepada seluruh dunia dianggap sebagai pahlawan?
Disinilah bukti kelihaian bangsa Barat dalam memperdayai dunia dengan cara menyamarkan kata “KELIARAN” menjadi “KEBEBASAN” atau “KUDETA” menjadi “PERUBAHAN”. Seperti telah saya tulis dalam artikel sebelumnya, semuanya tidak ada hal yang kebetulan di dunia ini. Yang ada adalah makna-makna yang belum berhasil dinamakan oleh manusia. Sesungguhnya, alam semesta ini adalah sebuah wadah dengan sistim ‘automatic adjustment, namun selama ini telah ditunggangi dan dimanipulasi oleh pemaksaan konsep tunggal yang bertujuan memperjuangkan kepentingan politik kelompok tertentu.
Amerika dan negara-negara Barat sejak era penjelajahan samudera telah berusaha menancapkan pengaruh mereka terhadap negara-negara di dunia, termasuk tanah air kita Indonesia. Setelah para pejuang bangsa memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, apakah Anda bersedia negeri ini dijajah bangsa Barat untuk kedua kalinya? Tentu kita tidak mengharapkan hal tersebut terjadi.
Telah menjadi tugas yang tidak mudah untuk menyelamatkan budaya Pancasila ditengah gempuran budaya Barat saat ini. Langkah paling nyata dapat kita mulai dari lingkungan keluarga. Mari bentengi anak-anak kita untuk selalu bertingkah laku dan berpegang teguh pada nilai-nilai moral Indonesia. Berpikir modern tidak serta merta meninggalkan budaya bangsa sediri. Generasi muda yang cerdas dan berakhlak mulia merupakan jaminan kemajuan suatu bangsa. (RAP/07/12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar