BUDAYA BARAT MELEMAHKAN KARAKTER PANCASILA PEMUDA INDONESIA
Benang merah dari situasi pelik yang sedang dihadapi oleh dunia
global saat ini adalah keterlibatan bangsa Barat, Amerika dan sekutunya,
dalam mencampuri urusan rumah tangga negara lain. Mereka mengintervensi
Pemerintahan yang sedang berkuasa di dunia dengan tafsir dan persepsi
mereka tentang tata kelola dan kepemimpinan. Mewujudkan tata dunia baru,
demikian semboyan yang mereka dengung-dengungkan dalam melancarkan
aksinya.
Sejarah peradaban manusia mengajarkan kepada kita bahwa manusia
diciptakan oleh Tuhan secara unik. Mereka berbeda-beda alias tidak ada
yang sama. Dan karena kebesaran Tuhan-lah maka dari kamajemukan karakter
tersebut dikelompokkan menjadi rumpun dan ras yang dipisahkan secara
geografis. Setiap bangsa di dunia melahirkan kebudayaan dengan ciri
khusus dan kekayaan nilai-nilai kearifan lokal.
Bagaimana dengan karakter bangsa kita, bangsa Indonesia? Indonesia
secara jelas telah memiliki jati diri dalam mengelola tata pemerintahan
dan masyarakat. Uruslah negara kita sesuai jati diri kita, yakni
Pancasila. Negara-negara Barat menggunakan dan mengoptimalkan pepatah
“rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau” untuk melemahkan karakter
Pancasila yang diusung oleh nenek moyang bangsa kita.
Dan celakanya, mereka berhasil menanamkan budaya asing di Indonesia
dengan nyaris sempurna. Saat ini generasi muda Indonesia lebih suka
menanam rumput tetangga daripada rumput di rumah sendiri. Mereka
membangga-banggakan kebiasaan yang dilakukan bangsa Barat sebagai
karakter baru yang menyisihkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Pancasila Sebagai Karakter dan Identitas Bangsa
Apakah ‘rumput tetangga’ yang ditanam oleh Barat sesuai dengan
Indonesia? Dari alam semesta dapat kita petik banyak pelajaran
kehidupan. Beberapa contoh seperti tumbuh-tumbuhan yang terbagi dalam
jutaan spesies. Masing-masing tanaman memiliki kecocokan tersendiri agar
dapat tumbuh di iklim dan dataran yang berbeda-beda. Begitu pula dengan
hewan dan manusia. Semuanya memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Sebagai bangsa Indonesia, kita memiliki identitas sebagai bangsa
Timur yang hidup dengan peradaban yang mengutamakan tata krama, moral
dan alamiah. Sedangkan bangsa Barat terbiasa dengan kepraktisan,
keliaran, dan ilmiah. Sudah Jelas, bahwa Indonesia adalah bagian dari
peradaban Timur dengan dijiwai karakter Pancasila. Apakah Anda hendak
menyangkal fakta ini?
Agar Pancasila dapat benar-benar menjadi pandangan hidup bangsa dan
dasar negara, maka perlu adanya kebulatan tekad dari setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara, dan setiap lembaga kenegaraan
dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah, untuk
mempunyai loyalitas tunggal terhadap Pancasila itu sendiri.
Menyamarkan Budaya Barat Menjadi Modernisasi
Memang sudah selayaknya Pancasila harus diletakkan pada kehidupan
bangsa Indonesia secara mengikat dan memaksa (imperatif) seperti yang
dilakukan oleh mendiang Pak Harto. Tidakkah Anda semua merasa aneh, Pak
Harto yang mengusung, mengawal, dan meletakkan Pancasila pada segala
sendi kehidupan bangsa Indonesia, dianggap diktator? Sedangkan Amerika
dan kawan-kawan yang mengusung, mengawal, dan memaksakan liberalisme
kepada seluruh dunia dianggap sebagai pahlawan?
Disinilah bukti kelihaian bangsa Barat dalam memperdayai dunia dengan
cara menyamarkan kata “KELIARAN” menjadi “KEBEBASAN” atau “KUDETA”
menjadi “PERUBAHAN”. Seperti telah saya tulis dalam artikel sebelumnya, semuanya tidak ada hal yang kebetulan di dunia ini. Yang ada adalah makna-makna yang belum berhasil dinamakan oleh manusia.
Sesungguhnya, alam semesta ini adalah sebuah wadah dengan sistim
‘automatic adjustment, namun selama ini telah ditunggangi dan
dimanipulasi oleh pemaksaan konsep tunggal yang bertujuan memperjuangkan
kepentingan politik kelompok tertentu.
Amerika dan negara-negara Barat sejak era penjelajahan samudera telah
berusaha menancapkan pengaruh mereka terhadap negara-negara di dunia,
termasuk tanah air kita Indonesia. Setelah para pejuang bangsa
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, apakah Anda
bersedia negeri ini dijajah bangsa Barat untuk kedua kalinya? Tentu kita
tidak mengharapkan hal tersebut terjadi.
Telah menjadi tugas yang tidak mudah untuk menyelamatkan budaya
Pancasila ditengah gempuran budaya Barat saat ini. Langkah paling nyata
dapat kita mulai dari lingkungan keluarga. Mari bentengi anak-anak kita
untuk selalu bertingkah laku dan berpegang teguh pada nilai-nilai moral
Indonesia. Berpikir modern tidak serta merta meninggalkan budaya bangsa
sediri. Generasi muda yang cerdas dan berakhlak mulia merupakan jaminan
kemajuan suatu bangsa. (RAP/07/12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar